Iklim
investasi dunia
Bank Dunia
menegaskan perlunya pentingnya penerapan dan pengawasan pelaporan keuangan berstandar internasional guna
memperbaiki iklim investasi. Hal ini
diperlukan guna menghadapi ancaman krisis ekonomi global dan interkonektivitas sistem
ekonomi dengan Negara-negara kawasan. Laporan ini memilik tujuan untuk
membentuk kepercayaan investor Asing.
Salah satu
daya tarik Investor asing dalam menanamkan modalnya adalah tersedianya sistem pelaporan
keuangan dan regulasi investasi yang dapat dipercaya. Menurut Bank Dunia, dengan
terintegrasinya pelaporan financial dan audit dengan standart Internasional,
Investor dapat memiliki laporan keuangan yang kokoh dan terpercaya di suatu
masing-masing Negara. Menurut data yang dihimpun penulis hingga saat ini
terdapat lebih dari 120 negara yang menerapkan standar IFSR ( InternationalFinancing Standard Report).
Salah satu
upaya Bank Dunia dalam membina negara-negara ini dengan cara memberi asistensi,pelatihan, dan berbagi pengalaman
dan informasi seputar IFRS.
Iklim
Investasi di Indonesia
Salah satu yang terpukul dengan buruknya iklim Iinvestasi adalah banyaknya tenaga kerja
usia produktif yang menganggur. Rendahnya pertumbuhan investasi pada tahun ini
tidak dapat mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang mencapai 2 juta orang/tahun. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan pertumbuhan investasi dua digit atau minimal 10%. Dengan pertumbuhan sebesar 4
% tahun ini, angkatan kerja masih banyak yang belum terserap di pasar kerja.,
masih sebesar 60% yang terserap dan sisanya sekitar 800.000 orang menyumbang
peningkatan pengngguran dari tahun ke tahun.
Penulis menyoroti
melemahnya persepsi iklim investasi Indonesia disebabkan masih labilnya sistem
hukum di Indonesia. Penulis sepakat
bahwasannya perbaikan iklim investasi tetap menjadi tantangan utama. Investasi
yang rendah dan ekspor yang stagnan merupakan faktor kunci penahan laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam
pandangan penulis, pertumbuhan investasi yang lemah menjadi salah satu faktor penyandra pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi hanya tumbuh 2,2% pada tahun 2003,
sementara rasio investasi terhadap PDB pada tahun 2003 atau terendah sejak
tahun 1970.
Selain itu,
Pergeseran jenis Investasi jugamtidak mendukung salah satu poin
Masterplan Indonesia ini yaitu bergesernya investasi ke arah properti, seperti
pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan apartemen yang justru hanya
meningkatkan faktor konsumerisme-bukan produksi. Hasil Survei mengenai iklim investasi
dan produktivitas yang dilakukan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Badan
Pusat Statistik (BPS) terhadap 700 Perusahaan di Indonesia, kalangan bisnis di
Indonesia masih merasa khawatir terhadap stabilitas makro ekonomi. Selain itu
ketidakpastian kebijakan dan peraturan serta tingkat korupsi yang tinggi di
tingkat nasional maupun daerah juga mereka rasakan semakin membebani.