Rabu, 13 Maret 2013

Membelah dunia dengan garis khatulistiwa Investment climate


Iklim investasi dunia

Bank Dunia menegaskan perlunya pentingnya penerapan dan pengawasan pelaporan keuangan  berstandar internasional  guna memperbaiki iklim investasi.  Hal ini diperlukan guna menghadapi ancaman krisis ekonomi global dan interkonektivitas sistem ekonomi dengan Negara-negara kawasan. Laporan ini memilik tujuan untuk membentuk kepercayaan investor Asing.
Salah satu daya tarik Investor asing dalam menanamkan modalnya adalah tersedianya sistem pelaporan keuangan dan regulasi investasi yang dapat dipercaya. Menurut Bank Dunia, dengan terintegrasinya pelaporan financial dan audit dengan standart Internasional, Investor dapat memiliki laporan keuangan yang kokoh dan terpercaya di suatu masing-masing Negara. Menurut data yang dihimpun penulis hingga saat ini terdapat lebih dari 120 negara yang menerapkan standar IFSR ( InternationalFinancing Standard Report).
Salah satu upaya Bank Dunia dalam membina negara-negara ini dengan cara memberi asistensi,pelatihan, dan berbagi pengalaman dan informasi seputar IFRS.

Iklim Investasi di Indonesia

Salah satu yang terpukul dengan buruknya iklim Iinvestasi adalah banyaknya tenaga kerja usia produktif yang menganggur. Rendahnya pertumbuhan investasi pada tahun ini tidak dapat mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang mencapai 2 juta orang/tahun. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan pertumbuhan investasi dua digit atau minimal 10%. Dengan pertumbuhan sebesar 4 % tahun ini, angkatan kerja masih banyak yang belum terserap di pasar kerja., masih sebesar 60% yang terserap dan sisanya sekitar 800.000 orang menyumbang peningkatan pengngguran dari tahun ke tahun.
Penulis menyoroti melemahnya persepsi iklim investasi Indonesia disebabkan masih labilnya sistem hukum di Indonesia.  Penulis sepakat bahwasannya perbaikan iklim investasi tetap menjadi tantangan utama. Investasi yang rendah dan ekspor yang stagnan merupakan faktor kunci penahan laju pertumbuhan ekonomi nasional.  Dalam pandangan penulis, pertumbuhan investasi yang lemah menjadi salah satu faktor penyandra pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi hanya tumbuh 2,2% pada tahun 2003, sementara rasio investasi terhadap PDB pada tahun 2003 atau terendah sejak tahun 1970.
Selain itu, Pergeseran jenis Investasi jugamtidak mendukung salah satu poin Masterplan Indonesia ini yaitu bergesernya investasi ke arah properti, seperti pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan apartemen yang justru hanya meningkatkan faktor konsumerisme-bukan produksi. Hasil Survei mengenai iklim investasi dan produktivitas yang dilakukan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap 700 Perusahaan di Indonesia, kalangan bisnis di Indonesia masih merasa khawatir terhadap stabilitas makro ekonomi. Selain itu ketidakpastian kebijakan dan peraturan serta tingkat korupsi yang tinggi di tingkat nasional maupun daerah juga mereka rasakan semakin membebani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar